Kelola Aset Digital Perusahaan
Tentu saja itu tidak datang
dengan sendirinya. Bukan berarti jika seseorang populer lalu secara otomatis
followernya akan menjadi banyak.
Walaupun memang popularitas dan
jumlah follower seringkali berkorelasi, followership harus dibangun secara
konsisten. Hal itu memang bukanlah segala-galanya. Namun jumlah follower
merupakan salah satu tolok ukur brand bullding, dan tentu saja kemudian hal itu
menjadisuatu aset perusahaan, yang perlu dikelola.
Akun twitter hanyalah salah satu
contoh Aset digital perusahaan meliputi semua “kekayaan” yang disimpan dalam
format digital. Dalam pembangunan brand di ranah online, perusahaan memiliki
jumlah pengunjung web, jumlah member, jumlah fans di facebook, follower di
tiwitter, follower instagram, ribuan content web baik berupa teks, imejs maupun
video, serta ribuan content difacebook,instagram, dan lain lain.belum
lagintermasuk materi komunikasi dalam social network internal. Mengapa “aset”
ini harus dikelola?
Jawabnya karena, aset-aset digital
ini tidak diperoleh secara gratis. Semua membutuhkan usaha dan waktu serta
biaya dalam membangunnya. Kehilangannya juga akan menimbulkan biaya pinansial
teradap organisasi. Ada beberapa alasan mengapa aset-aset digital harus
dikelola dengan baik dan efektif, yakni:
·
Konsistensi:
agar informasi yang didstribusikan baik kedalam maupun keluar perusahaan
memlalui berbagai aset digital memiliki konsistensi dan dapat dipertanggung
jawabkan.
·
kecepatan:
dalam mengantisipasi maupun merespon berbgai isu-isu yang muncul dimasyarakat.
·
Kemudahan:
dalam mengatur pengembangan, pengelolaan, dan pemanfaatan aset digital untuk
kepentingan erusahaan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas
dari berbagai aktifitas diatas platforman digital.
·
Kesinambungan:
menjaga kesinambungan pengelolaan aset digital walaupun telah berganti tim.
Dari hasil
survei kecil, ditambah beberapa obrolan kebeberapa perusahaan, sebagai besar
masih tidak memiliki prosedur standar atau tata cara yang bakau dan konsisten
dalam pengembangan, pengelolaan dan pemanfaatan aset serta aktivitas digital.
Bila terdokumntasi dengan baik, terpisah-pisah antara devisi sehingga tidak
mencapai tujuan besar organisasi serta hanya berfokus pada jangka pendek dan
menengah.
Akibatnya,
bisa saja terjadi ikonsistensi dalam berkomunikasi yang dapat dirasakan oleh
masyarakt/pihak luar, kelambanan dalam merespons pertanyaan atau keluhan
masyarakat, atau secara keseluruhan penggunaan aset-aset digital belum efektip
dalam mendukung tujuan bisnis perusahaan.
Pengelolaan
aset digital yang saya maksud ini bukanlah software. Dewasa ini memang banyak
perangkat lunak digital aset management (DAM). Namun inti dari pengelolaan ini
bukanah terletak pada software malah, software DAM selain mahal juga terlalu
kompleks penggunaannya sehingga kurang populer.
Organisasi
bisa saja tidak memerlukan software DAM apabila sudah memiliki prosedur
pengelolaan file yang baik brdasarkan aturan yang telah disepakai bersama.
Semua dimulai dengan perencanaan dan road mepping, yang idealnya top mnajement.
Mulai Dari Mana?
Apa bila
kondisi aset-aset digital anda saat ini tercerai berai, tidak trpusat sehingga
tidak maksimal dalam mendukung tujuan bisnis, lalu harus mulai dari mana? Mari
kita mulai dengan mendata semua aset yang ada dan membentuk tim pusat yang akan
mengelola aset-aset tersebut.
Keterlibatan
top manajement sangat penting dalam hal ini. Top manajement yang konkret pada
aset digital akan terlihat dalam keseluruhan aktivitas organisasi. Hal ini akan
membudaya atau tampak dalam aktivitas karyawan sehari-hari. Misalnya, sya
pernah dayang kedalam sebuah sharing season disebuah perusahaan menu faktor
makanan. Disitu, para manajer dari berbagai devisi dikumpulkan untuk
mendengarkan tren terbaru teknologi digital yang disampaikan oleh pakar. Cieo
perusahaan itu sendiri merupakan seseorang yang aktif di twitter serta
mendorong karyawannya menggunakan twitter sebagai sarana belajar.
Kalau punya
top manajement seperti ini tampaknya tidak akan sulit untuk meminta arahannya,
apa saja visi dan misi organisasi dan bagaimana keseluruhan aset digital
perusahaan dapat digunakan untuk mendukung visi dan misi tersebut. Dengan
mendapat araha seperti ini, dapat disusun sebuah pedoman yang akan menjadi
guidelines kegiatan digital serta pengelolaan semua aset.
Langkah
selanjutnya adalah menyusun struktur tim digital yang efektip. Dalam pengalaman
saya, biasanya tim ini berada di bawah divisi corporate comunications. Struktur
tim digital tentu saja berbeda-beda dalam setiap organisasi. Jumlahaku (sosial
media) serta platform yang digunakan pun berbeda-beda sesuai dengan
enggunaannya.
Berdasarkan
pengalaman saya, tidak masalah jumlah akun yang ada, yang penting masing-masing
memiliki perbedaan yang jelas dan fungsi yang beneficyal erhadap organisasi.
Struktur tim yang efektif dapat membantu mencapai hal ini. Tim digital bekerja
dengan komunikasi erat dengan unit-unit bisnis sehingga dapat saling memberikan
feedback.
Setiap
organisasi pundapat mendesain struktur tim yang tepat sesuai kebutuhan
organisasi. Secara khusus untuk pengelolaan sosial media, idealnya ada beberapa
kompetensi yang harus dimiliki oleh tim. Dalam tim yang besar setiap kompetensi
dibawah ini menunjukan posisi, bahkan satu posisi bisa diisi beberapa orang.
Tetapi dalam tim yang kecil bisa saja sama kompteni dibwah ini harus dimiliki
satu orang.
Strategist,
ata ahli strategi ia yang merancang strategi komuniasi dan strategi konten yang
efektip sesuai visi misi dan tujuan bisnis.
Analis, yang
menganalisis kinerja tim dan memeriksa kinerja aset-aset digital secara
keseluruhan komunikator, ini adalah si “digital native”, biasanya anak muda
yang sehari-hari terbiasa berkecimpung di media sosial dan pasi berkomunikasi
disosial media, bertugas menyampaikan strategi content kedalam media-media
tersebut.
Produk
ekspert, orang yang paling menguasai produk knowleddge, serta paling intens
berkomunikasi dengan untk-unit bisnis.
Tim ini
bekerja berdasarkan obyektif dan KPI yang telah ditentukan sebelumnya. Pada
awal organisasi mulai membenahi aset digitlnya, mereka biasanya menentukan KPI
awal meningkatkan awareness (karena biasanya masih belum efektif). Langkah
selanjutnya baru dapat menggunakan alat-alat komunikasi ini untuk, misalnya
mendengarkan customer. Dan memperbaiki servis. Nantinya bisa dioptimalkan
hungga meningkatkan transaksi dan loyalty.
EmoticonEmoticon